Langsung ke konten utama

Makalah Rekanalisasi

A. Latar Belakang
            Meskipun telah menandatangani informed consent, beberapa wanita menyesal akan metode sterilisasi sehingga sekitar 1,3% dari mereka meminta untuk dilakukan penyambungan kembali (rekanalsasi) tuba. Alasannya bermacam-macam seperti kehilangan anak, ingin menambah anak, perbaikan keadaan ekonomi, dan adanya suami baru memotivasi untuk hamil lagi. Metode ini dapat dilakukan dengan teknik bedah mikro, teknik ini tidak saja menyambung kembali tuba fallopii dengan baik, tetapi juga menjamin kembalinya fungsi tuba. Hal ini disebabkan oleh karena teknik bedah mikro yang secara akurat menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal, mengurangi perlekatan pasca operasi, mempertahankan fisiologi tuba, serta menjamin fungsi fimbriae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih tetap baik. Prosedur standar operasi rekanalisasi yaitu dengan bedah mikro per laparotomi dimana akan mendapatkan angka kehamilan 60-90% dengan risiko kehamilan ektopik yang meningkat.
B. Rumusan Masalah
1.      Apa definisi rekanalisasi?
2.      Apa saja Faktor-Faktor mempengaruhi untuk rekanalisasi?
3.      Bagaimana Metode Rekanalisasi?
4.      Apa saja Kontra Indikasi Rekanalisasi?
5.       Apa saja pertimbangan sebelum operasi rekanalisasi ?
6.      Bagaimana Tingkat Keberhasilan  ?
C. Tujuan
1.      Agar mahasiswi mampu mengetahu tentang Rekanalisasi
2.      Agar mahasiswi mampu mengetahu tentang Faktor-Faktor mempengaruhi untuk rekanalisasi
3.      Agar mahasiswi mampu mengetahu tentang Metode Rekanalisasi
4.      Agar mahasiswi mampu mengetahu tentang Kontra Indikasi Rekanalisasi
5.      Agar mahasiswi mampu mengetahu tentang pertimbangan sebelum operasi rekanalisasi
6.      Agar mahasiswi mampu mengetahu tentang Tingkat Keberhasilan 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Definisi
            Rekanalisasi menurut wikipedia adalah pembukaan kembali pembuluh darah yang tersumbat (pria dari saluran sperma dan wanita dari saluran indung telur)
            Rekanalisasi menurut KBBI adalah pembukaan kembali pembuluh darah yg tersumbat.
            Meskipun telah menandatangani informed consent, beberapa wanita menyesal akan metode sterilisasi sehingga sekitar 1,3% dari mereka meminta untuk dilakukan penyambungan kembali (rekanalsasi) tuba.
B. Faktor-Faktor mempengaruhi rekanalisasi
Alasannya bermacam-macam seperti
1.      kehilangan anak,
2.      ingin menambah anak,
3.      perbaikan keadaan ekonomi,
4.      dan adanya suami baru memotivasi untuk hamil lagi

C.Metode Rekanalisali
            Metode ini dapat dilakukan dengan teknik bedah mikro, teknik ini tidak saja menyambung kembali tuba fallopii dengan baik, tetapi juga menjamin kembalinya fungsi tuba. Hal ini disebabkan oleh karena teknik bedah mikro yang secara akurat menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal, mengurangi perlekatan pasca operasi, mempertahankan fisiologi tuba, serta menjamin fungsi fimbriae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih tetap baik. Prosedur standar operasi rekanalisasi yaitu dengan bedah mikro per laparotomi dimana akan mendapatkan angka kehamilan 60-90% dengan risiko kehamilan ektopik yang meningkat.

D. Kontra Indikasi Rekanalisasi
Tidak semua pasien pasca tubektomi dapat dengan mudah menjalankan rekanalisasi. Beberapa kontra indikasi rekanalisasi yaitu :
·         Umur klien >37 tahun
·          Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari faktor ovarium)
·          Suami oligospermi atau azoospermia
·          Keadaan kesehatan yang tidak baik, dimana kehamilan akan memperburuk kesehatannya
·          Tuberculosis genitalia interna
·          Perlekatan organ-organ pelvic yang luas dan berat
·          Tuba yang sehat terlalu pendek (kurang dari 4cm)
·         Infeks pelvis yang masih aktif

E. Beberapa pertimbangan sebelum operasi rekanalisasi
Beberapa pertimbangan sebelum memutuskan untuk operasi rekanalisasi :
·         Pemeriksaan pra operatif :
1.      anamnesis yang lengkap, termasuk laporan operasi daerah pelvis dan penyakit panggul terdahulu
2.       pemeriksaan fisik umum
3.      pemeriksaan ginekologis
4.      pemeriksaan laparoskop, dan atau
5.      pemeriksaan histerosalpingografi
·         Keputusan untuk operasi dan waktunya :
1.      apakah bisa dilakukan pembedahan mikro pada kasus tersebut
2.      apakah tindakan pembedahan tersebut akan memberikan hasil yang baik untuk klien agar dapat hamil.

F. Tingkat Keberhasilan  
          Keberhasilan penyambungan dan berfungsinya kembali fungsi tuba Fallopii tergantung pada beberapa faktor yaitu :
1.      Luasnya kerusakan karena koagulasi
2.      Panjangnya tuba yang tersisa setelah rekanalisasi (segmen proksimal dan distal), jika panjang tuba total < 4cm kemungkinan keberhasilan ± 4%, jika panjang > 8cm keberhasilan ± 83,33% (Jain,dkk).
3.      Tersedianya alat dan kemampuan untuk melakukan rekonstruksi dengan teknik bedah mikro
4.      Jenis sterilisasi yang dilakukan, Jain dkk melaporkan angka kehamilan 68,57% pada sterilisasi dengan ring fallopi, dan 40% pada sterilisasi dengan cara Pomeroy.
5.      Interval waktu antara ligasi tuba dan rekanalisasi juga berpengaruh terhadap keberhasilan rekanalisasi, ± 69,5% jika interval waktu 5 tahun, dan hanya 16% jika interval lebih dari 5 tahun.
6.      Kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik semakin meningkat, karena terdapat perbedaan luas saluran yang disambung kembali.

   


BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

            Meskipun telah menandatangani informed consent, beberapa wanita menyesal akan metode sterilisasi sehingga sekitar 1,3% dari mereka meminta untuk dilakukan penyambungan kembali (rekanalsasi) tuba. Alasannya bermacam-macam seperti kehilangan anak, ingin menambah anak, perbaikan keadaan ekonomi, dan adanya suami baru memotivasi untuk hamil lagi. Metode ini dapat dilakukan dengan teknik bedah mikro, teknik ini tidak saja menyambung kembali tuba fallopii dengan baik, tetapi juga menjamin kembalinya fungsi tuba
DAFTAR PUSTAKA


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Omfalokel beserta kasus (ASKEB)

BAB I PENDAHULUAN 1.1    Latar Belakang Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat. Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini, persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta perawatan pasca operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik. Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneu

Makalah distosia bahu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1  Latar Belakang Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan tingginya resiko kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat melahirkan. Namun hasil SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun perlahan bahwa tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu  keadaan diperlukannya manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak ber

Makalah Retensio Plasenta

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang            P ada   sebagian   besar   kasus,   plasenta   akan   terlepas   spontan   dari   tempat implantasinya   dalam   waktu   beberapa   menit   pertama   setelah   bayi   dilahirkan. Penyebab keterlambatan pelepasan ini tidak selalu jelas, namun cukup sering terjadi akibat kontraksi dan relaksasi yang tidak memadai.Normalnya plasenta akan lahir dalam waktu 5-30 menit setelah janin lahir.  Apabila plasenta belum lahir melebihi waktu tersebut dinamakan retensio plasenta. Retensi   bagian-bagian     plasenta   merupakan   penyebab   umum   terjadinya perdarahan lanjut dalam masa nifas. Jika plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, akan tetapi jika sebagian plasenta telah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Retensio   plasenta   merupakan   salah   satu   masalah   yang   masih   menjadi penyebab  terbesar terjadinya  perdarahan post  partum  dan  kematian  maternal.